Kamis, 20 Oktober 2011

HUT AGROTEKNOLOGI UNILA

Bagaimanapun juga umur yang masih balita (bawah lima tahun), tidak sama sekali mengintrepretasikan apapun dalam sebuah komunitas atau organisasi.  Karena factor penting dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi sebuah organisasi adalah jelas SDM yang ada. Namun kemudian akan berbeda cerita jika memang SDM kurang mampu untuk menahan gejolak-gejolak di awal pendewasaan organisasi. Akan sangat wajar jika jatuh bangun itu terjadi untuk satu kata akhir “BISA”. Bahkan seorang anakpun harus merelakan tangan dan kakinya tergores tanah dan jatuh berulang kali untuk BISA mengendarai sepeda dengan SEIMBANG dan MELESAT KE DEPAN. Dan saya yakin AET punya SDM yang luar biasa.

Ada banyak HARAPAN BESAR pada AET yang BESAR ini untuk mampu MEMBESARKAN DIRINYA. Sebagai tulisan yang ‘tidak seberapa” dari seorang ‘serpihan’, sebagaimana analogi Bpk Prof. Jamalam (Dosen DDIT), mungkin tidak akan mampu mempengaruhi secara signifikan struktur besar. Tapi selalu ada pengecualian, meminjam postulat bahasa Inggris Mr. Darwin Pangaribuan (Dosen Bahasa Inggris Profesi), jika memang ada kesimbangan dalam satu ekologi atau meminjam istilah “suksesi” dari kuliah Ekologi Pertanian Bpk Ir. Indarto, M.S walau mungkin artinya pun tidak percis yang dimaksudkan.

Ya, saya yakin kita semua satu pemikiran tentang harapan untuk satu, jaya dan bisa nya AET  mendepan. Sehingga harapannya walau kemudian corak berfikir, aksi dan sikap kita berbeda tentang cara memperjuangkan harapan ini tidak melegitimasi kita untuk menegasikan yang lain. Konflik internal yang sempat terjadi adalah bukti nyata bahwa kita semua saling berinteraksi. Bisa merupakan indikasi positif juga bisa sebaliknyua tergantung dari sudut mana kita memandang ‘matahari yang panas’.

Meminjam eksplanasi Fanny Tanuwijaya,S.H.,M.H., dkk dalam bukunya Melawan Bandit Intelektual: Percikan Pemikiran tentang Kejayaan Kejahatan Kontemporer, ”Pondasi sakralitas moral perjuangan sudah sepantasnya dijadikan sebagai pijakan priviles bagi pegiat pergerakan seperti Mahasiswa yang sering mengusung nama Kebenaran, Kebebasan, dan Kemanusiaan. Kalau pondasi ini tidak dikuatkan dan diaktualisasikan,sulit rasanya bisa terhindarkan terjadinya bentrok fisik di antara sesama aktifis. Dan kemudian bentrok akan dijadikan wujud gaya hidup yang baru dan pilihan yang abnormal yang dilakukan aktifis.”

Akhirnya, mari dihari yang harapannya mampu menjadi momentum kebangkitan idealisme Mahasiswa AET sebagai agen perubahan untuk merubah perpecahan (disintegrasi) menjadi persatuan (integrasi), merubah keterpurukan menjadi kejayaan dan ketidakmampuan menjadi BISAA….Meminjam terma al Qur’an ULIL ABSHAR (orang yang berhati lapang, berpikiran mendalam serta serta berpandangan luas) dalam Surat 3 ayat 13, S 24 ayat 44, S 38 ayat 45 dan S 59 ayat 2. yang disadur pula oleh Syafi’I Maarif dalam bukunya “Mencari Autentisitas ditengah Kegalauan” , MARIIIII  kita bersama-sama sebagai Generasi Pembaharu (Mujadid) bukan Generasi Penerus (yang hanya meneruskan tradisi dan idealisme buta) untuk bisa meng-Ulil Abshar-kan (memperluaskan pandangan) idealisme kita untuk mampu melihat mana yang patut diperjuangkan dan mana yang tidak untuk kesakralan nilai perjuangan itu sendiri.
SELAMAT HARI BANGKIT PERMA-AET YANG KE 3…
AET SATU, AET JAYA, AET BISA…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar