Bagaimanapun juga umur yang masih balita (bawah lima tahun), tidak
sama sekali mengintrepretasikan apapun dalam sebuah komunitas atau
organisasi. Karena factor penting dalam mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi sebuah organisasi adalah jelas SDM yang ada.
Namun kemudian akan berbeda cerita jika memang SDM kurang mampu untuk
menahan gejolak-gejolak di awal pendewasaan organisasi. Akan sangat
wajar jika jatuh bangun itu terjadi untuk satu kata akhir “BISA”. Bahkan
seorang anakpun harus merelakan tangan dan kakinya tergores tanah dan
jatuh berulang kali untuk BISA mengendarai sepeda dengan SEIMBANG dan
MELESAT KE DEPAN. Dan saya yakin AET punya SDM yang luar biasa.
Ada banyak HARAPAN BESAR pada AET yang BESAR ini untuk mampu MEMBESARKAN DIRINYA.
Sebagai tulisan yang ‘tidak seberapa” dari seorang ‘serpihan’,
sebagaimana analogi Bpk Prof. Jamalam (Dosen DDIT), mungkin tidak akan
mampu mempengaruhi secara signifikan struktur besar. Tapi selalu ada
pengecualian, meminjam postulat bahasa Inggris Mr. Darwin Pangaribuan
(Dosen Bahasa Inggris Profesi), jika memang ada kesimbangan dalam satu
ekologi atau meminjam istilah “suksesi” dari kuliah Ekologi Pertanian
Bpk Ir. Indarto, M.S walau mungkin artinya pun tidak percis yang
dimaksudkan.
Ya, saya yakin kita semua satu pemikiran
tentang harapan untuk satu, jaya dan bisa nya AET mendepan. Sehingga
harapannya walau kemudian corak berfikir, aksi dan sikap kita berbeda
tentang cara memperjuangkan harapan ini tidak melegitimasi kita untuk
menegasikan yang lain. Konflik internal yang sempat terjadi adalah bukti
nyata bahwa kita semua saling berinteraksi. Bisa merupakan indikasi
positif juga bisa sebaliknyua tergantung dari sudut mana kita memandang
‘matahari yang panas’.
Meminjam eksplanasi Fanny Tanuwijaya,S.H.,M.H., dkk dalam bukunya Melawan Bandit Intelektual: Percikan Pemikiran tentang Kejayaan Kejahatan Kontemporer,
”Pondasi sakralitas moral perjuangan sudah sepantasnya dijadikan
sebagai pijakan priviles bagi pegiat pergerakan seperti Mahasiswa yang
sering mengusung nama Kebenaran, Kebebasan, dan Kemanusiaan. Kalau
pondasi ini tidak dikuatkan dan diaktualisasikan,sulit rasanya bisa
terhindarkan terjadinya bentrok fisik di antara sesama aktifis. Dan
kemudian bentrok akan dijadikan wujud gaya hidup yang baru dan pilihan
yang abnormal yang dilakukan aktifis.”
Akhirnya, mari
dihari yang harapannya mampu menjadi momentum kebangkitan idealisme
Mahasiswa AET sebagai agen perubahan untuk merubah perpecahan
(disintegrasi) menjadi persatuan (integrasi), merubah keterpurukan
menjadi kejayaan dan ketidakmampuan menjadi BISAA….Meminjam terma al
Qur’an ULIL ABSHAR (orang yang berhati lapang, berpikiran mendalam serta
serta berpandangan luas) dalam Surat 3 ayat 13, S 24 ayat 44, S 38 ayat
45 dan S 59 ayat 2. yang disadur pula oleh Syafi’I
Maarif dalam bukunya “Mencari Autentisitas ditengah Kegalauan” ,
MARIIIII kita bersama-sama sebagai Generasi Pembaharu (Mujadid) bukan
Generasi Penerus (yang hanya meneruskan tradisi dan idealisme buta)
untuk bisa meng-Ulil Abshar-kan (memperluaskan pandangan)
idealisme kita untuk mampu melihat mana yang patut diperjuangkan dan
mana yang tidak untuk kesakralan nilai perjuangan itu sendiri.
SELAMAT HARI BANGKIT PERMA-AET YANG KE 3…
AET SATU, AET JAYA, AET BISA…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar