Sabtu, 03 Desember 2011

ULANG TAHUN FAKULTAS PERTANIAN 2011


(FP/03/11) Hari yang mengembirakan tentunya hari ini khusunya Fakultas Pertanian karena hari ini adalah hari Ulang tahun Faperta Unila.
Bazaar berjejer rapih mengisi pelataran gedung A yang bisanya hanya terisi kendaraan mahasiswa pertanian. Wah dengan kreativitas mahasiswa pertanian yang imajinasinya luar biasa menyulap stand yang kosong menjadi istana kecil yang indah rindang dan rapih. Lomba bazaar di ikuti kurang lebih 8 tim baik dari unit kegiatan mahasiswa  fakultas (UKMF) maupun dari Himpunan mahasiswa yang ada dilingkungan Fakultas Pertanian.
Wah terlihat stan Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PETMA AGT) yang bertema KAGET ( Keluarga Agroteknologi) yang berdiri kokoh di antara stan-stan yang lain.
Kebahagian dan kebanggaan sangat Mahasiswa AGT  rasakan hari ini, kerja keras, keringat yang menetes, mata yang dipaksa untuk tetap berkarya, guyuran hujan yang tak mampu memadamkan semangat mahasiswa Agroteknologi untuk berkarya dan menghasilkan karya-karya terbaiknya. Terbalas dengan menjadi stand terbaik di pertanian, senyum manis, mata kantuk yang belum sempat terobati sirnah di hapus kebahagiaan ini.
Selain bazaar kebahagiaan kami ditambah dengan disabetnya juara 1kompetisi footsall dan juara 3. Membuat semangat mahasiswa agroteknologi untuk terus berkraya , mencoba untuk menyusul hima-hima lain yang telah mencapai kejayaan lebih dulu.
Terimaksaih kami haturkan kepada seluruh mahasiwa AGT 2011, 2010, 2009,  2008, 2007 yang telah menyumbangkan ide kreatif, keringat, dan mengorbankan yang lain.
Terus Berkarya dan tetap semangat tunjukan bahwa Agroteknologi memiliki kualitas dan kuantitas yang luar biasa. Semoga kedepan AGT tetap Jaya.
By. Ar-Rahmat (AGT 09)

Rabu, 09 November 2011

Agroteknologi UNILA: Hutan Sumatera Masuk Situs Terancam sumber : http:...

Agroteknologi UNILA: Hutan Sumatera Masuk Situs Terancam sumber : http:...: Hutan Sumatera Masuk Situs Terancam sumber : http://www.hariini.info/2011/07/11/hutan-sumatera-masuk-situs-terancam.html World Herita...

Hutan Sumatera Masuk Situs Terancam

 sumber : http://www.hariini.info/2011/07/11/hutan-sumatera-masuk-situs-terancam.html

World Heritage Comitee, dalam pertemuan tahunan yang berlangsung di Paris pada Rabu (22/6/2011) lalu, menambahkan hutan hujan tropis di Sumatera dalam daftar Situs Dunia Terancam (List of World Heritage in Danger). Aktivitas perusakan yang terjadi di wilayah tersebut mendorong penambahan wilayah itu dalam Daftar Situs Terancam.


Sejak tahun 2004, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mendorong masuknya kawasan hutan Sumatera dalam daftar situs terancam. Dalam monitoring selama 5 tahun terakhir, IUCN dan UNESCO menemukan bahwa hutan Sumatera memang butuh restorasi segera. Pembangunan jalan, pertanian, dan perkebunan adalah ancaman utama bagi hutan ini.

Masuknya hutan hujan tropis Sumatera dalam daftar situs terancam adalah pesan bagi dunia untuk mendukung pelestarian situs ini. Komite telah mengambil keputusan setelah debat bertahun-tahun. Kita perlu memastikan bahwa ini mendorong adanya langkah nyata untuk mengatasi ancaman yang ada,” kata Peter Suide, senior advisor on World Heritage IUCN ".
Panen Hibrida di Pasuruan Sumber Berita : Biro Umum dan Humas Deptan RI

PASURUAN - Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA bersama puluhan anggota Kelompok Tani Rukun Tani di Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, melakukan panen raya Varietas Padi Sembada 168 pada lahan seluas 10 hektar. Dari hasil ubinan, panen kali ini menghasilkan 6,45 kg atau setara dengan 10,32 kwintal per hektar gabah kering atau 89,28 kwintal per hektar gabah giling. Varietas Padi Sembada 168 ini memang memiliki keunggulan dibandingkan varietas lainnya seperti pontensi produksi lebih tinggi, posisi tanaman tegak dan ketahanan terhadap hama penyakit lebih tangguh. Dalam kesempatan itu, Bupati Pasuruan, Dade Angga menjelaskan bahwa Kabupaten Pasuruan memiliki potensi lahan yang sangat strategis terdiri dari sawah seluas 39.323,9 Ha, pekarangan 9.165,62 Ha, Tegal 44.516,34 Ha dan hutan 27.808,33 Ha. Potensi tersebut semakin terlihat dengan adanya dukungan Pemerintah Pusat melalui program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman pangan dan holtikultura serta berbagai bantuan mulai dari alsintan hingga bibit tanaman kedelai, jagung hibrida, padi hibrida dan non hibrida untuk 431 kelompok tani, 327 desa dan 24 kecamatan. “Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan pemerintah pusat,” ungkap Dede. Sementara itu, Mentan mengaku senang dengan hasil panen padi hibrida kali ini sebab pertanaman padi hibrida dinilai memiliki banyak kendala dalam budidayanya, apalagi pada kondisi iklim yang kurang bersahabat pada akhir - akhir ini. "Namun hal itu tidak berlaku bagi kelompok tani Rukun Tani yang dapat melakukan panen dengan sukses dan mendapatkan produktivitas tinggi. Hal ini membuktikan bahwa padi hibrida dapat dibudidayakan secara baik di Indonesia," jelas Mentan. Lebih lanjut Mentan mengatakan bahwa padi hibrida merupakan salah satu hasil inovási teknologi maju, untuk menjawab tantangan makin meningkatnya jumlah permintaan beras, sementara lahan sawah terus berkurang sehingga peningkatan produksi harus dilakukan melalui peningkatan produktivitas. Mentan menghimbau kepada semua kelompok tani untuk melakukan penanganan yang intensif terhadap padi hibrida ini, yaitu pemupukan secara maksimal, pengairan dan pembasmian terhadap hama. Selain itu, Mentan berpesan agar varietas hibrida ini harus dibuat di dalam negeri. Pada kunjungan ini, Mentan juga menyerahkan bantuan berupa benih kepada beberapa kelompok tani yang memenangkan lomba ubinan. Sumber: Biro Umum dan Humas
Brasil Jajaki Kerjasama di Bidang Riset Pertanian Sumber Berita : Biro Umum dan Humas Departemen Pertanian RI

JAKARTA – Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono MMA menerima kunjungan Duta Besar Brasil untuk Indonesia, Paulo Alberto Da Silveira Soares untuk menjajaki beberapa kerjasama di bidang pertanian.Menurut Mentan, Brasil menginginkan kerjasama yang lebih intens di bidang peternakan dan tanaman pangan khususnya pengembangan riset untuk menghasilkan benih unggul pada tanaman kedelai dan tebu. ”Saya rasa, tawaran kerjasama ini sangat potensial mengingat Indonesia saat ini sedang gencar melaksanakan program swasembada kedelai dan gula. Apalagi Brasil selama ini sukses mengembangkan kedelai dan komoditas tebu untuk menghasilkan gas etanol,” kata Mentan. Berkaitan dengan keinginan Brasil untuk melakukan eksportasi daging sapi ke Indonesia, Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi No. 18/ 2009, importansi ternak hidup, daging dan produk turunannya hanya dapat dilakukan dari negara yang memiliki status bebas penyakit (country base status). ””Perlu ada follow up tentang status country base ini karena dapat menghambat kerjasama dengan negara – negara lain yang menganut zona base. Kalau perlu dilakukan revisi UU no 18 tahun 2009 agar bisa kembali ke zona base atau bahkan ke protection zone yang dimungkinkan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE),” jelas Mentan.Kunjungan Duta Besar Brasil kali ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan Indonesia – Brasil sebelumnya. Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Brasil telah melaksanakan Sidang Komisi Bersama (SKB) sebanyak dua kali dan pada pertemuan SKB ke- 2 yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3-4 Oktober 2011 yang lalu, atas permintaan pihak Brasil telah dibentuk Working Group on Agriculture yang menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya tentang kesiapan Indonesia untuk melakukan penandatanganan MoU antara Kementerian Pertanian – EMBRAPA serta Technical Cooperation Project (TCP) di bidang kerjasama penelitian dan pertukaran material genetic kelapa sawit dan penelitian serta pertukaran ahli di bidang gula tebu.

Selasa, 25 Oktober 2011

Kementan – WFP Luncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

Update Tanggal : 25-Oct-2011, 16:51:29
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal

Gorontalo – Kementerian Pertanian bersama dengan Badan Pangan Dunia (The United Nations World Food Programme, WFP) meluncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan untuk 14 Provinsi paling rentan pangan di Indonesia. Peta tersebut merupakan tindak lanjut dari peta versi nasional yang telah dipublikasikan sebelumnya pada tahun 2010. Adapun 14 provinsi tersebut antara lain provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Maluku dan Nanggroe Aceh Darussalam.

“Peta ini dapat dijadikan referensi dalam pedoman bagi upaya penurunan kerawanan pangan sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam pencapaian Millennium Development Goals,” kata Menteri Pertanian, Dr.Ir. Suswono, MMA saat meluncurkan peta ketahanan dan kerawanan pangan tersebut di Auditorium BPIJ Gorontalo pada Kamis (20/10). 

Peta tersebut telah menganalisis dan mengklasifikasikan tingkat kerentanan pangan dengan menitikberatkan kepada aspek ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Selain itu, peta tersebut juga berfungsi sebagai alat penyedia pembanding berbentuk statistik yang berguna dalam penentuan sasaran geografis bagi pemerintah untuk mewujudkan situasi ketahanan pangan dan gizi dalam negeri. Diharapkan, peta tersebut bisa digunakan oleh berbagai lembaga, seperti Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Sementara itu, Acting Country Director WFP, Peter Guest mengatakan bahwa perubahan iklim dan bencana alam yang sering terjadi serta kenaikan harga pangan menjadikan masalah kelaparan semakin sulit untuk diatasi. “Investasi dan upaya gigih dalam merampungkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Propinsi ini merupakan bukti komitmen kuat pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi di 14 Provinsi tersebut,” demikian kata Peter Guest. 

Peta Kerentanan Pangan pertama Indonesia dikembangkan pada tahun 2005 oleh pemerintah Indonesia dan WFP, sedangkan edisi kedua diluncurkan langsung oleh Presiden Yudhoyono pada tahun 2010.

Sumber: Biro umum dan Humas

Mentan Tegaskan Agar Pemda Tidak Beri Izin Alihfungsi Lahan Pertanian

Sumber Berita : Biro Umum dan Humas

Cirebon – Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA mengaku sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan pertanian selama ini. Untuk itu, Mentan meminta agar setiap Bupati atau Pemerintah Daerah di Indonesia tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan pertanian di daerahnya. 
"Saya sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan ini. Sekarang sawah dikepung bangunan. Lahan produktif kita banyak yang beralihfungsi, padahal kekurangan pangan adalah masalah besar," kata Mentan saat melakukan dialog interaktif dengan petani, penyuluh, dan pemangku kepentingan lainnya di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu (10/9).  
Lebih lanjut, Mentan mengungkapkan bahwa kondisi iklim yang berubah – ubah menjadi masalah tersendiri bagi pertanian di Indonesia,hal itu semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan produktif yang semakin luas. "Jadi kondisi iklim ini jangan diperparah dengan adanya konversi lahan produktif," katanya. 

Menurut Mentan, hingga saat ini tercatat sedikitnya 100 ribu lahan produktif yang beralih fungsi. Tidak hanya beralih fungsi menjadi perumahan, banyak pula lahan tanam padi yang beralih fungsi menjadi tanaman tebu hingga kelapa sawit seperti yang terjadi di luar Jawa.