Sumber Berita : Sekretariat Jenderal |
Gorontalo
– Kementerian Pertanian bersama dengan Badan Pangan Dunia (The United
Nations World Food Programme, WFP) meluncurkan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan untuk 14 Provinsi paling rentan pangan di Indonesia.
Peta tersebut merupakan tindak lanjut dari peta versi nasional yang
telah dipublikasikan sebelumnya pada tahun 2010. Adapun 14 provinsi
tersebut antara lain provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Maluku dan Nanggroe Aceh Darussalam.
“Peta
ini dapat dijadikan referensi dalam pedoman bagi upaya penurunan
kerawanan pangan sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam
pencapaian Millennium Development Goals,” kata Menteri Pertanian, Dr.Ir.
Suswono, MMA saat meluncurkan peta ketahanan dan kerawanan pangan
tersebut di Auditorium BPIJ Gorontalo pada Kamis (20/10).
Peta
tersebut telah menganalisis dan mengklasifikasikan tingkat kerentanan
pangan dengan menitikberatkan kepada aspek ketersediaan pangan, akses
pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Selain
itu, peta tersebut juga berfungsi sebagai alat penyedia pembanding
berbentuk statistik yang berguna dalam penentuan sasaran geografis bagi
pemerintah untuk mewujudkan situasi ketahanan pangan dan gizi dalam
negeri. Diharapkan, peta tersebut bisa digunakan oleh berbagai lembaga,
seperti Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Badan Pusat Statistik,
Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Badan
Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Sementara
itu, Acting Country Director WFP, Peter Guest mengatakan bahwa
perubahan iklim dan bencana alam yang sering terjadi serta kenaikan
harga pangan menjadikan masalah kelaparan semakin sulit untuk diatasi.
“Investasi dan upaya gigih dalam merampungkan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Propinsi ini merupakan bukti komitmen kuat pemerintah
Republik Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi di 14
Provinsi tersebut,” demikian kata Peter Guest.
Peta
Kerentanan Pangan pertama Indonesia dikembangkan pada tahun 2005 oleh
pemerintah Indonesia dan WFP, sedangkan edisi kedua diluncurkan langsung
oleh Presiden Yudhoyono pada tahun 2010.
Sumber: Biro umum dan Humas
|
Selasa, 25 Oktober 2011
Kementan – WFP Luncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Update Tanggal : 25-Oct-2011, 16:51:29
Mentan Tegaskan Agar Pemda Tidak Beri Izin Alihfungsi Lahan Pertanian
Sumber Berita : Biro Umum dan Humas |
Cirebon – Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA mengaku
sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan pertanian selama ini. Untuk itu, Mentan meminta
agar setiap Bupati atau Pemerintah Daerah di Indonesia tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan
pertanian di daerahnya.
"Saya sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan ini.
Sekarang sawah dikepung bangunan. Lahan produktif kita banyak yang beralihfungsi, padahal kekurangan
pangan adalah masalah besar," kata Mentan saat melakukan dialog interaktif dengan petani, penyuluh,
dan pemangku kepentingan lainnya di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu
(10/9).
Lebih lanjut, Mentan mengungkapkan bahwa kondisi iklim yang berubah – ubah
menjadi masalah tersendiri bagi pertanian di Indonesia,hal itu semakin diperburuk dengan adanya
konversi lahan produktif yang semakin luas. "Jadi kondisi iklim ini jangan diperparah dengan adanya
konversi lahan produktif," katanya.
Menurut Mentan, hingga saat ini
tercatat sedikitnya 100 ribu lahan produktif yang beralih fungsi. Tidak hanya beralih fungsi menjadi
perumahan, banyak pula lahan tanam padi yang beralih fungsi menjadi tanaman tebu hingga kelapa sawit
seperti yang terjadi di luar Jawa.
|
Kamis, 20 Oktober 2011
Mentan Ajak Masyarakat Tingkatkan Konsumsi Telur dan Daging Ayam
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal |
Jakarta – Tingkat konsumsi telur dan daging ayam masyarakat
Indonesia yang masih rendah membuat prihatin Menteri Pertanian, Dr.Ir. Suswono, MMA. Menurutnya,
hingga saat ini tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 87 butir/kapita/tahun dan daging
ayam 7 kg/kapita/tahun. Angka ini tentu lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia
yang mencapai 311 butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita perhari) dan daging ayam mencapai 36
kg/kapita/tahun. Untuk itu, Mentan mengajak masyarakat untuk mau meningkatkan konsumsi daging dan
telur. ”Telur ini kaya protein dan senyawa lemak yang baik bagi tubuh, karena itu jangan takut
mengkonsumsi telur untuk menu makanan sehari- hari,” kata Mentan saat menghadiri Festival Ayam dan
Telur (FAT) di Taman Parkir Timur (Parkit) Senayan, Jakarta Pusat pada Sabtu
(15/10).
Ketua Panitia Festival Ayam dan Telur, Rahmat Nuryanto mengatakan
bahwa pada Festival Ayam dan Telur tersebut dihadirkan berbagai produk olahan ayam dan telur serta
disajikan juga info seputar kandungan protein serta tips memilih daging ayam yg sehat dan
berkualitas baik. ”Dengan festival ini kami ingin mengajak masyarakat untuk mau mengonsumsi ayam dan
telur,” katanya.
Kegiatan Festival Ayam dan Telur tahun 2011 ini diharapkan
menjadi momentum awal kegiatan bersama promosi ayam dan telur yang berkesinambungan, serta menjadi
agenda rutin masyarakat perunggasan Indonesia secara
nasional.
|
HUT AGROTEKNOLOGI UNILA
Bagaimanapun juga umur yang masih balita (bawah lima tahun), tidak
sama sekali mengintrepretasikan apapun dalam sebuah komunitas atau
organisasi. Karena factor penting dalam mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi sebuah organisasi adalah jelas SDM yang ada.
Namun kemudian akan berbeda cerita jika memang SDM kurang mampu untuk
menahan gejolak-gejolak di awal pendewasaan organisasi. Akan sangat
wajar jika jatuh bangun itu terjadi untuk satu kata akhir “BISA”. Bahkan
seorang anakpun harus merelakan tangan dan kakinya tergores tanah dan
jatuh berulang kali untuk BISA mengendarai sepeda dengan SEIMBANG dan
MELESAT KE DEPAN. Dan saya yakin AET punya SDM yang luar biasa.
Ada banyak HARAPAN BESAR pada AET yang BESAR ini untuk mampu MEMBESARKAN DIRINYA. Sebagai tulisan yang ‘tidak seberapa” dari seorang ‘serpihan’, sebagaimana analogi Bpk Prof. Jamalam (Dosen DDIT), mungkin tidak akan mampu mempengaruhi secara signifikan struktur besar. Tapi selalu ada pengecualian, meminjam postulat bahasa Inggris Mr. Darwin Pangaribuan (Dosen Bahasa Inggris Profesi), jika memang ada kesimbangan dalam satu ekologi atau meminjam istilah “suksesi” dari kuliah Ekologi Pertanian Bpk Ir. Indarto, M.S walau mungkin artinya pun tidak percis yang dimaksudkan.
Ya, saya yakin kita semua satu pemikiran tentang harapan untuk satu, jaya dan bisa nya AET mendepan. Sehingga harapannya walau kemudian corak berfikir, aksi dan sikap kita berbeda tentang cara memperjuangkan harapan ini tidak melegitimasi kita untuk menegasikan yang lain. Konflik internal yang sempat terjadi adalah bukti nyata bahwa kita semua saling berinteraksi. Bisa merupakan indikasi positif juga bisa sebaliknyua tergantung dari sudut mana kita memandang ‘matahari yang panas’.
Meminjam eksplanasi Fanny Tanuwijaya,S.H.,M.H., dkk dalam bukunya Melawan Bandit Intelektual: Percikan Pemikiran tentang Kejayaan Kejahatan Kontemporer, ”Pondasi sakralitas moral perjuangan sudah sepantasnya dijadikan sebagai pijakan priviles bagi pegiat pergerakan seperti Mahasiswa yang sering mengusung nama Kebenaran, Kebebasan, dan Kemanusiaan. Kalau pondasi ini tidak dikuatkan dan diaktualisasikan,sulit rasanya bisa terhindarkan terjadinya bentrok fisik di antara sesama aktifis. Dan kemudian bentrok akan dijadikan wujud gaya hidup yang baru dan pilihan yang abnormal yang dilakukan aktifis.”
Akhirnya, mari dihari yang harapannya mampu menjadi momentum kebangkitan idealisme Mahasiswa AET sebagai agen perubahan untuk merubah perpecahan (disintegrasi) menjadi persatuan (integrasi), merubah keterpurukan menjadi kejayaan dan ketidakmampuan menjadi BISAA….Meminjam terma al Qur’an ULIL ABSHAR (orang yang berhati lapang, berpikiran mendalam serta serta berpandangan luas) dalam Surat 3 ayat 13, S 24 ayat 44, S 38 ayat 45 dan S 59 ayat 2. yang disadur pula oleh Syafi’I Maarif dalam bukunya “Mencari Autentisitas ditengah Kegalauan” , MARIIIII kita bersama-sama sebagai Generasi Pembaharu (Mujadid) bukan Generasi Penerus (yang hanya meneruskan tradisi dan idealisme buta) untuk bisa meng-Ulil Abshar-kan (memperluaskan pandangan) idealisme kita untuk mampu melihat mana yang patut diperjuangkan dan mana yang tidak untuk kesakralan nilai perjuangan itu sendiri.
SELAMAT HARI BANGKIT PERMA-AET YANG KE 3…
AET SATU, AET JAYA, AET BISA…
Ada banyak HARAPAN BESAR pada AET yang BESAR ini untuk mampu MEMBESARKAN DIRINYA. Sebagai tulisan yang ‘tidak seberapa” dari seorang ‘serpihan’, sebagaimana analogi Bpk Prof. Jamalam (Dosen DDIT), mungkin tidak akan mampu mempengaruhi secara signifikan struktur besar. Tapi selalu ada pengecualian, meminjam postulat bahasa Inggris Mr. Darwin Pangaribuan (Dosen Bahasa Inggris Profesi), jika memang ada kesimbangan dalam satu ekologi atau meminjam istilah “suksesi” dari kuliah Ekologi Pertanian Bpk Ir. Indarto, M.S walau mungkin artinya pun tidak percis yang dimaksudkan.
Ya, saya yakin kita semua satu pemikiran tentang harapan untuk satu, jaya dan bisa nya AET mendepan. Sehingga harapannya walau kemudian corak berfikir, aksi dan sikap kita berbeda tentang cara memperjuangkan harapan ini tidak melegitimasi kita untuk menegasikan yang lain. Konflik internal yang sempat terjadi adalah bukti nyata bahwa kita semua saling berinteraksi. Bisa merupakan indikasi positif juga bisa sebaliknyua tergantung dari sudut mana kita memandang ‘matahari yang panas’.
Meminjam eksplanasi Fanny Tanuwijaya,S.H.,M.H., dkk dalam bukunya Melawan Bandit Intelektual: Percikan Pemikiran tentang Kejayaan Kejahatan Kontemporer, ”Pondasi sakralitas moral perjuangan sudah sepantasnya dijadikan sebagai pijakan priviles bagi pegiat pergerakan seperti Mahasiswa yang sering mengusung nama Kebenaran, Kebebasan, dan Kemanusiaan. Kalau pondasi ini tidak dikuatkan dan diaktualisasikan,sulit rasanya bisa terhindarkan terjadinya bentrok fisik di antara sesama aktifis. Dan kemudian bentrok akan dijadikan wujud gaya hidup yang baru dan pilihan yang abnormal yang dilakukan aktifis.”
Akhirnya, mari dihari yang harapannya mampu menjadi momentum kebangkitan idealisme Mahasiswa AET sebagai agen perubahan untuk merubah perpecahan (disintegrasi) menjadi persatuan (integrasi), merubah keterpurukan menjadi kejayaan dan ketidakmampuan menjadi BISAA….Meminjam terma al Qur’an ULIL ABSHAR (orang yang berhati lapang, berpikiran mendalam serta serta berpandangan luas) dalam Surat 3 ayat 13, S 24 ayat 44, S 38 ayat 45 dan S 59 ayat 2. yang disadur pula oleh Syafi’I Maarif dalam bukunya “Mencari Autentisitas ditengah Kegalauan” , MARIIIII kita bersama-sama sebagai Generasi Pembaharu (Mujadid) bukan Generasi Penerus (yang hanya meneruskan tradisi dan idealisme buta) untuk bisa meng-Ulil Abshar-kan (memperluaskan pandangan) idealisme kita untuk mampu melihat mana yang patut diperjuangkan dan mana yang tidak untuk kesakralan nilai perjuangan itu sendiri.
SELAMAT HARI BANGKIT PERMA-AET YANG KE 3…
AET SATU, AET JAYA, AET BISA…
Senin, 17 Oktober 2011
PENGENALAN FUNGISIDA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pestisida adalah
bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi
organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang
diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga,
tikus,
gulma,
burung,
mamalia,
ikan, atau mikrobia
yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam
bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa
- insektisida (serangga)
- fungisida (fungi/jamur)
- rodentisida (hewan pengerat/Rodentia)
- herbisida (gulma)
- akarisida (tungau)
- bakterisida (bakteri)
Fungisida adalah bahan
kimia pembunuh jamur. Pembunuhan jamur juga dapat dengan cara lain, seperti
pemanasan, penyinaran dan sebagainya, tetapi ini tidak termasuk fungisida.
Suatu fungisida hanya dapat di pakai jika dosis kurativa lebih rendah daripada
dosis toksika. Media pencampur fungisida secara garis besar dapat di bedakan
menjadi 3, antara lain :
- Dalam bentuk cair untuk penyemprotan
- Dalam bentuk padat untuk penyerbukan
- Dalam bentuk gas untuk fumigasi
Untuk penyemprotan, media yang mula – mula di pakai
sebagai pencampur adalah air. Fungisida semprot ini di gunakan sebagai larutan
apabila zat yang aktif larut dalam air secara homogen, sedang di gunakan
sebagaiemulsi atau suspense apabila zat yang aktif tidak larut dalam air.
Untuk penyerbukan, tidak di perlukan air, serbuk dapat
di beli yang siap untuk di pakai dan lebih mudah melakukannya daripada
penyemprotan. Penyerbukan lebih hemat waktu dan tenaga daripada penyemprotan,
tapi juga mempunyai keberatan misalnya serbuk terhambur bebas, kadang – kadang
menggumpal dan menyumbat alat serbuk.
Untuk fumigasi di
gunakan gas beracun untuk membunuh pathogen maupun serangga, sedangkan gas
racun itu sendiri di sebut fumigan. Toksisitas gas tergantung pada konsentrasi
dan lamanya waktu perlakuan.
Pengelompokan ditujukan untuk
mempermudah pemahaman terhadap beberapa perbedaan antara kelompok fungisida
yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,
pengelompokan fungisida akan berubah dan berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan manusianya.
Fungisida
sistemik dapat di aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di
translokasikan ke bagian – bagian tanaman yang lain. Pada umumnya fungisida
yang ada di pasaran baik fungisida sistemik maupun fungisida non sistemik,
banyak yang dalam bentuk Wettable Powder ( WP ) yaitu tepung yang dapat
terbasahkan, sehingga pengaplikasiannya dapat di lakukan dengan penyemprotan.
Untuk
keperluan aplikasi di lapang, perlu di perhatikan dosis dan konsentrasi yang di
perlukan. Dosis adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan per
satu satuan luas lahan. Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif
yang di gunakan pada satuan volume tertentu.
B.
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami tentang pentingnya label
fungisida agar:
a. Penggunaan fungisida dilakukan
secara benar dan tepat.
b. Menghindari munculnya berbagai
dampak yang muncul akibat penggunaan fungisida.
2. Mengerti semua informasi yang
tercampur pada label fungisida.
3. Terlatih membaca label fungisida
sebelum menggunakannya.
II.
METODELOGI
PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan adalah kertas dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah sebelas sampel berbagai jenis merk dagang fungisida.
B.
Cara Kerja
Cara
kerja dari percobaan ini adalah :
1. Baca dan perhatikan secara teliti
semua informasi yang ada pada label kemasan fungisida yang tersedia.
2. Catat dan susun informasi penting
seperti:
a. Nama dagang dan formulasi
b. Nama bahan aktif dan kadarnya
c. Bobot atau volume kemasan
d. Jenis fungisida
e. Nomor izin dan pendaftaran serta
alamatnya
f. Gambar dan kalimat tanda bahaya
g. Pettunjuk penggunaan:
-
Konsentrasi,
dosis, dan volume semprot
-
Jenis
komoditi dan OPT
-
Waktu
dan frekuensi aplikasi
-
Waktu
aplikasi terakhir sebelum panen
-
Fitotoksisitas
h. Cara aplikasi
i.
Cara
penyimpanan dan pembuangan
j.
Petunjuk
pertolongan darurat.
III.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1)
Nama Dagang : Aliette
Bahan Aktif : Alumunium Etil Fosfit 80%
Bobot/ volume : 250 gr
Jenis Fungisida :
Sistemik
Kode Formulasi :
WP
Gambar dan tanda bahaya : × Dapat
menyebabkan keracunan
Cara Kerja : Disemprotkan sebasah mungkin ke
daun - daun
Dosis :
4gr/L
Jenis komoditi/ OPT :
Phytoptora
palmivora pada
tanaman lada
Waktu frekuensi
aplikasi : 1 bulan sekali pada daun sebasah
mungkin
Fitotoksisitas : Gejala keracunan seperti pusing,
sakit perut, mual, aktivitas menurun
Cara bagi Operator : Pakai sarung tangan saat
pengoperasian
Cara Penyimpanan : Simpan
ditempat sejuk terlindung dan terkunci.
Petunjuk Darurat : Tanggalkanlah pakaian yang terkena
fungisida,
cucilah
bagian badan yang terkena dengan memakai
air dan sabun.
2)
Nama dagang,
formulasi : Derosol 80 WP
Bahan aktif : Karbendozim 60%
Jenis Fungisida : Sistemik
Kadar : 100gr
Kadar : 100gr
Gambar dan tanda
bahaya : Bahan × Iritasi
3)
Nama dagang , formulasi : Aliette
100 CA
Bahan Aktif : Aluminium Fosetil
Kadar : 10 gr/L
Bobot dan volume : 1L
Jenis Fungisida : Sistemik
No. Izin dan
pendaftaran :
R.I. 880/7-89/7
Alamat : PT. Agrocarb Indonesia gedung tirsa, lantai 3
JL. H.R Rasuna said Kav.B-35 Jakarta 12910
Gambar dan tanda
bahaya : Bahan
×
iritasi
Dapat menyebabkan iritasi.
Keracunan melalui mulut, kulit,
dan Pernapasan
Dosis : 40-80 mL/pohon dengan infus akar
Jenis Komoditi : Kelapa
Waktu/
frekuensi aplikasi : Infus
melaliui akar diberikan pada permulaan musim hujan
Waktu aplikasi
terakhir : 6
bulan sekali
4)
Nama Dagang ,
formulasi : Anvil 50 SE
Bahan Aktif :
Heksakanazol 50
gr/L
Bobot/volume : 100mL
Jenis fungisida : Sistemik
Nomor Izin dan
alamat : R.I. 896. 1-90 T
PT./a.Pestisida Indonesia PO.BOX 2158 Jakarta
Gambar , tanda
bahaya : Bahan × iritasi
Cara Kerja :
Pengaplikasian
dengan cara penyemprotan
Dosis : Cendawan akar karet 2,5 – 5,0 ml/L air/pohon ,
Karat kedelai 0,5 – 1 ml/L air,
Karat daun kopi 1 – 2 ml/L air,
Embun bulu semangka 0,25 – 0,5 ml/L air
Jenis
komoditi/OPT : Cendawan
putih karet, Karat kedelai, Karat daun kopi,
Embun
bulu semangka
Petunjuk
Kemasan : Pada waktu bekerja jangan makan,
minum, atau merokok dan pakai pelindung.
Cuci tangan sebelum makan.
Cara
penyimpanan : Simpan ditempat teduh dan
terhindar dari anak-anak, jangan
mengotori kolam,perairan, dan saluran air dengan fungisida/ bekas wadahnya.
Petunjuk
pertolongan : Tanggalkan pakaian yang terkena
fungisida, cuci bersih kulit atau mata yang terkena dengan sabun dan air,
hubungi dokter terdekat.
5)
Nama
dagang, formuulasi : Aliette 100CA
Bahan
aktif : Aluminium fosetil 100 gr/L
Bobot
kemasan : 1L
Jenis
fungisida : Sistemik
Nomor
izindan alamat : R.I. 880/7-89/1
PT.Agrocarh Indonesia, Gedung
Tirsa lantai 3 JL.H.R. Rasuna Said
PO.BOX-35 Jakarta 12910
Gambar dan tanda
bahaya : Bahan × iritasi
Peringatan
bahaya : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut,
kulit dan pernapasan serta pada mata.
Dosis : 40-80mL/ pohon dengan infuse
akar
Jenis
komoditi : Kelapa
Waktu
aolikasi : 6 bulan sekali
Cara
aplikasi bagi operator : infus melalui akar diberikan
pada permulaan musim hujan
Cara
penyimpanan : Simpanlah fungisida ini ditutup
tempat sejuk terlindung dan terkunci
Petunjuk
darurat : Tanggalkan pakaian yang terkena
fungisida. Cucilah bagian badan dengan memakai air.
6)
Nama
dagang, formulasi : Orthocide 50 WP
Bahan
aktif, kadar : Kaptan 50%
Bobot
atau volume : 200 gr
Jenis
fungisida : Kontak
Nomor
Izin/ pendaftaran : Komisi Pestisida Deptan RI
Gambar
dan tanda bahaya : Bahan × iritasi
Dosis : teh, tembakau 25-30 gr/10L air
Bawang
merah, kedelai, cabe merah 10-20gr/L
Jenis
komoditi dan OPT : teh, tembakau (pesemaian) : Exobasidium vexanas
Kedelai
: Phakopsora spp
Bawang Merah : Alternaria spp
Cabe merah : Colletotrichium spp
Waktu aplikasi : 7-10 hari
Cara penyimpanan : Hindarkan mengisap kabut
semprotan
Petunjuk pertolongan : Apabila terkena mata dan kulit, cucilah dengan air
bersih. Bila tertelan minum 1 gelas air hangat dan 1 sendok garam dapur
7)
Nama dagang, formulasi : Cupravit OB21
Bahan aktif : Tembaga Oksiklorida
Kadar : 50 %
Bobot : 1kg
Jenis fungisida : Serbuk
Nomor Izin : R.I.. 87/01-90/1
Alamat : PT. Bayer Indonesia PO.BOX 2507,
Jakarta
Gambar dan tanda bahaya :
× berbahaya (bacalah petunjuk penggunaan)
Jenis komooditi dan OPT :
Embun bulu pada anggur : Plaswara hitccola
Dosis :
1,5-3,0 gr/L
Waktu aplikasi :
Interval 1
minggu
8)
Nama Dagang,
formulasi : Furadan 3GR
Bahan Aktif : Karbonfuran 3 %
Cara kerja operator : Ditabur pada lubang semai dan
tanaman
Dosis : 5-10 gr/m ; Ganjur 17 kg/ha
Nematoda
bintil akar 60 – 100 kg/ha
Wereng hijau 17 kg/ha
Tenggerek batang 100 gr/tanaman
Nematoda 34kg/ha
Sasaran : Padi
sawah, padi gogo dan lada
Desripsi : Berbentuk
butiran berwarna merah muda.
Disuspensikan dengan air dan pewarna putih
9)
Nama dagang,
formulasi : Antrocol 70 WP
Bahan aktif dann
kadar : Propinab 70%
Bobot : 250 gr
Jenis fungisida : Kontak, berbentuk tepung berwarna
krem
Nomor pendaftaran : 3040530 PT.Bayer Indonesia B.6 Crop Protection
PO.BOX 250Y JKT 10001
Peringatan Bahaya : Dapat menyebabkan keracunan
melalui mulut, kulit dan pernapasan.
Jenis Komoditi/OPT : Embun tepung pada anggur
Dosis : 1,5-3,0 gr/L ; 500-800 L/ha
Waktu aplikasi : 1-2 minggu setelah pemangkasan
daun
10)
Nama Dagang, formulasi :
Rovral 50WP
Bahan Aktif : Iprodion 50%
Bobot : 100 gr
Jenis fungisida : Kontak berbentuk tepung
Nomor pendaftaran : R.I. 614/2-2000/T
Jenis komoditi : Bawang, Kentang, Tomat
Cara Kerja :
Pengaplikasian
dengan cara penyemprotan
Dosis : penyakit daun ( trotol ) Alternaria solani 1-2 kg/ha
Busuk daun Phytoptora infestans 1 gr/L volume semprot
Sasaran : penyakit
daun ( trotol ) Alternaria solani
Busuk daun Phytoptora infestan
Waktu
aplikasi : Pada 2 minggu setelah tanam
diulang dengan selang waktu 7 hari.
Petunjuk
pertolongan : Tanggalkan pakaian yang terkena
dicuci dengan sabun dan air bersih.
11)
Nama Dagang : Ridomil
Bahan Aktif : Metalaksil 35%
Kode Formulasi :
35 SD
Bobot kemasan : 20x 5 gr
Jenis fungisida : Sistemik
Nomor izin dan
alamat : 960003-6920, PT. Citraguna
Saranatama
JL. Mampang prapatan raya No. 100 Jakarta 12760
Gambar dan tanda
bahaya : Dapat menyebabkan keracunan
melalui mulut, kulit,
dan pernapasan
Cara
Kerja : 5 gr di larutkan dengan 7,5 ml
air/kg benih jagung, lalu di campur merata sampai menutupi seluruh permukaan
benih, kemudian benih di keringkan, setelah kering siap di tanam
Dosis : 5 gr / 7,5 ml air
Jenis komoditi/OPT :
Padi, Jagung,
Penyakit bulai ( Solerospora maydis )
Cara
penyimpanan : Simpan fungisida ini dalam wadah
aslinya, tertutup. Dapat disimpan ditempat yang kering sejuk dan aman.
Cara
pertolongan darurat : Apabila fungisida tertelan dan
penderita sadar segera muntahkan.
B.
Pembahasan
Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan
cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh
tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan
sistemik lokal. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik,
pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap
jasad sasarannya.
Dalam
pengendalian cendawan patogen di gunakan senyawa kimia fungisida. Berdasarkan
cara kerjanya, fungisida di bagi menjadi du jenis, yaitu :
1) Fungisida Sistemik
Fungisida
sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian
tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui
dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas
(akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga
dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar
2) Fungisida Non Sistemik
Fungisida
non sistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan di dalam jaringan
Tanaman. Fungisida non sistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan
tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya
berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora
atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida
kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum
tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering
diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
Fungisida
sistemik dapat di aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di
translokasikan ke bagian – bagian tanaman yang lain. Pada umumnya fungisida
yang ada di pasaran baik fungisida sistemik maupun fungisida non sistemik,
banyak yang dalam bentuk Wettable Powder ( WP ) yaitu tepung yang dapat
terbasahkan, sehingga pengaplikasiannya dapat di lakukan dengan penyemprotan.
Untuk keperluan aplikasi di lapang, perlu di
perhatikan dosis dan konsentrasi yang di perlukan. Dosis adalah banyaknya
fungisida atau bahan aktif yang di gunakan per satu satuan luas lahan.
Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan pada
satuan volume tertentu.
Di lihat dari
fungsi kerjanya, fungisida di bedakan atas :
ü Fungisidal,
yaitu membunuh jamur
ü
Fungistatik, yaitu berarti hanya menghambat
pertumbuhan jamur
ü
Genestatik, yaitu berarti mencegah terjadinya
sporulasi
Berdasarkan kegunaan umum,
fungisida dibedakan menjadi :
a. Fungisida
Protektan
b.
Fungisida penutup luka
c.
Fungisida eradikan
d.
Perlakuan tanah (fumigan)
e.
Perlakuan gudang penyimpanan
Berdasarkan cara aplikasinya
fungisida dikelompokkan menjadi :
-
Penyemprotan/penghembusan pada bagian-bagian tanaman di
atas permukaan tanah
-
Perlakuan benih/bahan perbanyakan tanaman
-
Perlakuan pada tanah (fumigasi)
-
Perlakuan terhadap luka
-
Perawatan pasca panen
-
Desinfektan untuk gudang penyimpanan.
Pengelompokan ditujukan untuk
mempermudah pemahaman terhadap beberapa perbedaan antara kelompok fungisida
yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,
pengelompokan fungisida akan berubah dan berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan manusianya.
Didalam
satu oaket fungisida terdapat label yang diartikan sebagai keterangan dan
informasi penting yang ditempelkan secara kuat pada wadah fungisida sehingga
tidak mudah lepas.
Formulasi adalah
jumlah bahan aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu
yang terkandung dalam fungisida. Beberapa bentuk formulasi yang beredar di
pasaran antara lain :
1.
Tepung
hembus, debu ( dust = D )
Berbentuk tepung
kering yang hanya terdiri dari bahan aktif, misalnya belerang, atau di campur
dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai karier, atau di campur bahan –
bahan organik. Kandungan bahan aktif rendah sekitar 2 – 10%
2.
Butiran ( Granula = G )
Berbentuk butiran
padat yang merupakan campuranbahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang
mudah menyerap bahan aktif.
3. Tepung yang dapat di suspensikan dalam air
( wettale powder = WP )
Berbentuk tepung
kering yang dapat terbasahkan, dan di aplikasikan dengan cara penyemprotan.
4. Tepung yang larut dalam air ( water-soluble powder = SP )
Hampir mirip
dengan WP, hanya saja bila WP tidak larut dalam air, SP bisa larut dalam air.
5. Suspensi ( Flowable concentrate = F )
Merupakan campuran
bahan aktif yang di tambah pelarut serbuk yang di campur dengan sejumlah kecil
air. Hasilnya adalah seperti pasta yang di sebut campuran basah.
6. Cairan ( emulsifiable concentrate = EC )
Berbentuk cairan
pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi.
7. Ultra low volume ( ULV )
Bentuk murninya
merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam solvent minimum.
8. Solution ( S )
Formulasi yang di
buat dengah melarutkan fungisida ke dalam pelarut organik.
9. Aerosol ( A )
Terdiri dari
campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap.
10. Umpan beracun ( poisonous bait = B )
Terdiri dari bahan
aktif fungisida di gabungkan dengan bahan aktif lainnya yang di sukai jasad
pengganggu.
11. powder
concentrate ( PC )
Berbentuk tepung,
tergolong Rodentisida untuk memnerantas tikus.
12. Ready Mix Bait ( RMB )
Berbentuk balok
besar dengan bobot 300 gr dan balok kecil bobot 10 – 20 gr.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah di lakukan, dapat di ambil beberapa kesimpulan, antara
lain :
1. Fungisida adalah zat kimia yang
digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
2. Fungisida umumnya dibagi menurut
cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida
nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal.
3. Didalam satu oaket fungisida
terdapat label yang diartikan sebagai keterangan dan informasi penting yang
ditempelkan secara kuat pada wadah fungisida sehingga tidak mudah lepas.
4. Fungisida sistemik dapat di
aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di translokasikan ke bagian –
bagian tanaman yang lain.
5. Formulasi adalah jumlah bahan
aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu yang terkandung
dalam fungisida.
Langganan:
Postingan (Atom)