Selasa, 25 Oktober 2011

Kementan – WFP Luncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

Update Tanggal : 25-Oct-2011, 16:51:29
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal

Gorontalo – Kementerian Pertanian bersama dengan Badan Pangan Dunia (The United Nations World Food Programme, WFP) meluncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan untuk 14 Provinsi paling rentan pangan di Indonesia. Peta tersebut merupakan tindak lanjut dari peta versi nasional yang telah dipublikasikan sebelumnya pada tahun 2010. Adapun 14 provinsi tersebut antara lain provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Maluku dan Nanggroe Aceh Darussalam.

“Peta ini dapat dijadikan referensi dalam pedoman bagi upaya penurunan kerawanan pangan sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam pencapaian Millennium Development Goals,” kata Menteri Pertanian, Dr.Ir. Suswono, MMA saat meluncurkan peta ketahanan dan kerawanan pangan tersebut di Auditorium BPIJ Gorontalo pada Kamis (20/10). 

Peta tersebut telah menganalisis dan mengklasifikasikan tingkat kerentanan pangan dengan menitikberatkan kepada aspek ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Selain itu, peta tersebut juga berfungsi sebagai alat penyedia pembanding berbentuk statistik yang berguna dalam penentuan sasaran geografis bagi pemerintah untuk mewujudkan situasi ketahanan pangan dan gizi dalam negeri. Diharapkan, peta tersebut bisa digunakan oleh berbagai lembaga, seperti Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Sementara itu, Acting Country Director WFP, Peter Guest mengatakan bahwa perubahan iklim dan bencana alam yang sering terjadi serta kenaikan harga pangan menjadikan masalah kelaparan semakin sulit untuk diatasi. “Investasi dan upaya gigih dalam merampungkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Propinsi ini merupakan bukti komitmen kuat pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi di 14 Provinsi tersebut,” demikian kata Peter Guest. 

Peta Kerentanan Pangan pertama Indonesia dikembangkan pada tahun 2005 oleh pemerintah Indonesia dan WFP, sedangkan edisi kedua diluncurkan langsung oleh Presiden Yudhoyono pada tahun 2010.

Sumber: Biro umum dan Humas

Mentan Tegaskan Agar Pemda Tidak Beri Izin Alihfungsi Lahan Pertanian

Sumber Berita : Biro Umum dan Humas

Cirebon – Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA mengaku sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan pertanian selama ini. Untuk itu, Mentan meminta agar setiap Bupati atau Pemerintah Daerah di Indonesia tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan pertanian di daerahnya. 
"Saya sangat prihatin atas banyaknya alih fungsi lahan ini. Sekarang sawah dikepung bangunan. Lahan produktif kita banyak yang beralihfungsi, padahal kekurangan pangan adalah masalah besar," kata Mentan saat melakukan dialog interaktif dengan petani, penyuluh, dan pemangku kepentingan lainnya di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu (10/9).  
Lebih lanjut, Mentan mengungkapkan bahwa kondisi iklim yang berubah – ubah menjadi masalah tersendiri bagi pertanian di Indonesia,hal itu semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan produktif yang semakin luas. "Jadi kondisi iklim ini jangan diperparah dengan adanya konversi lahan produktif," katanya. 

Menurut Mentan, hingga saat ini tercatat sedikitnya 100 ribu lahan produktif yang beralih fungsi. Tidak hanya beralih fungsi menjadi perumahan, banyak pula lahan tanam padi yang beralih fungsi menjadi tanaman tebu hingga kelapa sawit seperti yang terjadi di luar Jawa.

Kamis, 20 Oktober 2011

Mentan Ajak Masyarakat Tingkatkan Konsumsi Telur dan Daging Ayam

Sumber Berita : Sekretariat Jenderal

Jakarta – Tingkat konsumsi telur dan daging ayam masyarakat Indonesia yang masih rendah membuat prihatin Menteri Pertanian, Dr.Ir. Suswono, MMA. Menurutnya, hingga saat ini tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 87 butir/kapita/tahun dan daging ayam 7 kg/kapita/tahun. Angka ini tentu lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi telur di Malaysia yang mencapai 311 butir/kapita/tahun (hampir 1 butir/kapita perhari) dan daging ayam mencapai 36 kg/kapita/tahun. Untuk itu, Mentan mengajak masyarakat untuk mau meningkatkan konsumsi daging dan telur. ”Telur ini kaya protein dan senyawa lemak yang baik bagi tubuh, karena itu jangan takut mengkonsumsi telur untuk menu makanan sehari- hari,” kata Mentan saat menghadiri Festival Ayam dan Telur (FAT) di Taman Parkir Timur (Parkit) Senayan, Jakarta Pusat pada Sabtu (15/10).

Ketua Panitia Festival Ayam dan Telur, Rahmat Nuryanto mengatakan bahwa pada Festival Ayam dan Telur tersebut dihadirkan berbagai produk olahan ayam dan telur serta disajikan juga info seputar kandungan protein serta tips memilih daging ayam yg sehat dan berkualitas baik. ”Dengan festival ini kami ingin mengajak masyarakat untuk mau mengonsumsi ayam dan telur,” katanya.

Kegiatan Festival Ayam dan Telur tahun 2011 ini diharapkan menjadi momentum awal kegiatan bersama promosi ayam dan telur yang berkesinambungan, serta menjadi agenda rutin masyarakat perunggasan Indonesia secara nasional. 


HUT AGROTEKNOLOGI UNILA

Bagaimanapun juga umur yang masih balita (bawah lima tahun), tidak sama sekali mengintrepretasikan apapun dalam sebuah komunitas atau organisasi.  Karena factor penting dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi sebuah organisasi adalah jelas SDM yang ada. Namun kemudian akan berbeda cerita jika memang SDM kurang mampu untuk menahan gejolak-gejolak di awal pendewasaan organisasi. Akan sangat wajar jika jatuh bangun itu terjadi untuk satu kata akhir “BISA”. Bahkan seorang anakpun harus merelakan tangan dan kakinya tergores tanah dan jatuh berulang kali untuk BISA mengendarai sepeda dengan SEIMBANG dan MELESAT KE DEPAN. Dan saya yakin AET punya SDM yang luar biasa.

Ada banyak HARAPAN BESAR pada AET yang BESAR ini untuk mampu MEMBESARKAN DIRINYA. Sebagai tulisan yang ‘tidak seberapa” dari seorang ‘serpihan’, sebagaimana analogi Bpk Prof. Jamalam (Dosen DDIT), mungkin tidak akan mampu mempengaruhi secara signifikan struktur besar. Tapi selalu ada pengecualian, meminjam postulat bahasa Inggris Mr. Darwin Pangaribuan (Dosen Bahasa Inggris Profesi), jika memang ada kesimbangan dalam satu ekologi atau meminjam istilah “suksesi” dari kuliah Ekologi Pertanian Bpk Ir. Indarto, M.S walau mungkin artinya pun tidak percis yang dimaksudkan.

Ya, saya yakin kita semua satu pemikiran tentang harapan untuk satu, jaya dan bisa nya AET  mendepan. Sehingga harapannya walau kemudian corak berfikir, aksi dan sikap kita berbeda tentang cara memperjuangkan harapan ini tidak melegitimasi kita untuk menegasikan yang lain. Konflik internal yang sempat terjadi adalah bukti nyata bahwa kita semua saling berinteraksi. Bisa merupakan indikasi positif juga bisa sebaliknyua tergantung dari sudut mana kita memandang ‘matahari yang panas’.

Meminjam eksplanasi Fanny Tanuwijaya,S.H.,M.H., dkk dalam bukunya Melawan Bandit Intelektual: Percikan Pemikiran tentang Kejayaan Kejahatan Kontemporer, ”Pondasi sakralitas moral perjuangan sudah sepantasnya dijadikan sebagai pijakan priviles bagi pegiat pergerakan seperti Mahasiswa yang sering mengusung nama Kebenaran, Kebebasan, dan Kemanusiaan. Kalau pondasi ini tidak dikuatkan dan diaktualisasikan,sulit rasanya bisa terhindarkan terjadinya bentrok fisik di antara sesama aktifis. Dan kemudian bentrok akan dijadikan wujud gaya hidup yang baru dan pilihan yang abnormal yang dilakukan aktifis.”

Akhirnya, mari dihari yang harapannya mampu menjadi momentum kebangkitan idealisme Mahasiswa AET sebagai agen perubahan untuk merubah perpecahan (disintegrasi) menjadi persatuan (integrasi), merubah keterpurukan menjadi kejayaan dan ketidakmampuan menjadi BISAA….Meminjam terma al Qur’an ULIL ABSHAR (orang yang berhati lapang, berpikiran mendalam serta serta berpandangan luas) dalam Surat 3 ayat 13, S 24 ayat 44, S 38 ayat 45 dan S 59 ayat 2. yang disadur pula oleh Syafi’I Maarif dalam bukunya “Mencari Autentisitas ditengah Kegalauan” , MARIIIII  kita bersama-sama sebagai Generasi Pembaharu (Mujadid) bukan Generasi Penerus (yang hanya meneruskan tradisi dan idealisme buta) untuk bisa meng-Ulil Abshar-kan (memperluaskan pandangan) idealisme kita untuk mampu melihat mana yang patut diperjuangkan dan mana yang tidak untuk kesakralan nilai perjuangan itu sendiri.
SELAMAT HARI BANGKIT PERMA-AET YANG KE 3…
AET SATU, AET JAYA, AET BISA…


Senin, 17 Oktober 2011

PENGENALAN FUNGISIDA


I.                  PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang


Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa
Fungisida adalah bahan kimia pembunuh jamur. Pembunuhan jamur juga dapat dengan cara lain, seperti pemanasan, penyinaran dan sebagainya, tetapi ini tidak termasuk fungisida. Suatu fungisida hanya dapat di pakai jika dosis kurativa lebih rendah daripada dosis toksika. Media pencampur fungisida secara garis besar dapat di bedakan menjadi 3, antara lain :
  1. Dalam bentuk cair untuk penyemprotan
  2. Dalam bentuk padat untuk penyerbukan

  1. Dalam bentuk gas untuk fumigasi

Untuk penyemprotan, media yang mula – mula di pakai sebagai pencampur adalah air. Fungisida semprot ini di gunakan sebagai larutan apabila zat yang aktif larut dalam air secara homogen, sedang di gunakan sebagaiemulsi atau suspense apabila zat yang aktif tidak larut dalam air.
Untuk penyerbukan, tidak di perlukan air, serbuk dapat di beli yang siap untuk di pakai dan lebih mudah melakukannya daripada penyemprotan. Penyerbukan lebih hemat waktu dan tenaga daripada penyemprotan, tapi juga mempunyai keberatan misalnya serbuk terhambur bebas, kadang – kadang menggumpal dan menyumbat alat serbuk.
Untuk fumigasi di gunakan gas beracun untuk membunuh pathogen maupun serangga, sedangkan gas racun itu sendiri di sebut fumigan. Toksisitas gas tergantung pada konsentrasi dan lamanya waktu perlakuan.

Pengelompokan ditujukan untuk mempermudah pemahaman terhadap beberapa perbedaan antara kelompok fungisida yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,  pengelompokan fungisida akan berubah dan berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan manusianya.

Fungisida sistemik dapat di aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di translokasikan ke bagian – bagian tanaman yang lain. Pada umumnya fungisida yang ada di pasaran baik fungisida sistemik maupun fungisida non sistemik, banyak yang dalam bentuk Wettable Powder ( WP ) yaitu tepung yang dapat terbasahkan, sehingga pengaplikasiannya dapat di lakukan dengan penyemprotan.

Untuk keperluan aplikasi di lapang, perlu di perhatikan dosis dan konsentrasi yang di perlukan. Dosis adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan per satu satuan luas lahan. Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan pada satuan volume tertentu.



B.     Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memahami tentang pentingnya label fungisida agar:
a.       Penggunaan fungisida dilakukan secara benar dan tepat.
b.      Menghindari munculnya berbagai dampak yang muncul akibat penggunaan fungisida.
2.      Mengerti semua informasi yang tercampur pada label fungisida.
3.      Terlatih membaca label fungisida sebelum menggunakannya.

II.               METODELOGI PERCOBAAN



A.    Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah kertas dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sebelas sampel berbagai jenis merk dagang fungisida.



B.     Cara Kerja


Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Baca dan perhatikan secara teliti semua informasi yang ada pada label kemasan fungisida yang tersedia.
2.      Catat dan susun informasi penting seperti:
a.       Nama dagang dan formulasi
b.      Nama bahan aktif dan kadarnya
c.       Bobot atau volume kemasan
d.      Jenis fungisida
e.       Nomor izin dan pendaftaran serta alamatnya
f.       Gambar dan kalimat tanda bahaya
g.      Pettunjuk penggunaan:
-          Konsentrasi, dosis, dan volume semprot
-          Jenis komoditi dan OPT

-          Waktu dan frekuensi aplikasi
-          Waktu aplikasi terakhir sebelum panen
-          Fitotoksisitas
h.      Cara aplikasi
i.        Cara penyimpanan dan pembuangan
j.        Petunjuk pertolongan darurat.

III.           HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil Pengamatan


1)
Nama Dagang                        : Aliette
Bahan Aktif                           : Alumunium Etil Fosfit 80%
Bobot/ volume                        : 250 gr
Jenis Fungisida                      : Sistemik
Kode Formulasi                     : WP
Gambar dan tanda bahaya  : × Dapat menyebabkan keracunan
Cara Kerja                            : Disemprotkan sebasah mungkin ke daun - daun
Dosis                                       : 4gr/L
Jenis komoditi/ OPT             : Phytoptora palmivora pada tanaman lada
Waktu frekuensi aplikasi     : 1 bulan sekali pada daun sebasah mungkin
Fitotoksisitas                          : Gejala keracunan seperti pusing, sakit perut, mual, aktivitas    menurun
Cara bagi Operator             : Pakai sarung tangan saat pengoperasian
Cara Penyimpanan             : Simpan  ditempat sejuk terlindung dan terkunci.
Petunjuk Darurat                : Tanggalkanlah pakaian yang terkena fungisida,
    cucilah bagian badan yang terkena dengan memakai
   air dan sabun.
2)
Nama dagang, formulasi      : Derosol 80 WP
Bahan aktif                            : Karbendozim 60%

Jenis Fungisida                      : Sistemik
Kadar                                     :
100gr
Gambar dan tanda bahaya  : Bahan × Iritasi
3)
Nama dagang            , formulasi      : Aliette 100 CA
Bahan Aktif                           : Aluminium Fosetil
Kadar                                     : 10 gr/L
Bobot dan volume                 : 1L
Jenis Fungisida                      : Sistemik
No. Izin dan pendaftaran     : R.I. 880/7-89/7
Alamat                                    : PT. Agrocarb Indonesia gedung tirsa, lantai 3
                                                  JL. H.R Rasuna said Kav.B-35 Jakarta 12910
Gambar dan tanda bahaya  : Bahan × iritasi
Dapat menyebabkan iritasi. Keracunan melalui mulut,   kulit, dan  Pernapasan
Dosis                                       : 40-80 mL/pohon dengan infus akar
Jenis Komoditi                       : Kelapa
Waktu/ frekuensi aplikasi    : Infus melaliui akar diberikan pada permulaan musim   hujan
Waktu aplikasi terakhir       : 6 bulan sekali
4)
Nama Dagang , formulasi    : Anvil 50 SE
Bahan Aktif                           : Heksakanazol 50 gr/L
Bobot/volume                         : 100mL
Jenis fungisida                       : Sistemik
Nomor Izin dan alamat         : R.I. 896. 1-90 T
                                                  PT./a.Pestisida Indonesia PO.BOX 2158 Jakarta
Gambar , tanda bahaya       : Bahan × iritasi
Cara Kerja                            : Pengaplikasian dengan cara penyemprotan
Dosis                                       : Cendawan akar karet 2,5 – 5,0 ml/L air/pohon ,
  Karat kedelai 0,5 – 1 ml/L air,
  Karat daun kopi 1 – 2 ml/L air,
             Embun bulu semangka 0,25 – 0,5 ml/L air
Jenis komoditi/OPT              : Cendawan putih karet, Karat kedelai, Karat daun kopi,
  Embun bulu semangka
Petunjuk Kemasan               : Pada waktu bekerja jangan makan, minum, atau merokok dan  pakai pelindung. Cuci tangan sebelum makan.
Cara penyimpanan               : Simpan ditempat teduh dan terhindar dari anak-anak, jangan   mengotori kolam,perairan, dan saluran air dengan fungisida/  bekas wadahnya.
Petunjuk pertolongan           : Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida, cuci bersih kulit atau mata yang terkena dengan sabun dan air, hubungi dokter terdekat.
5)
Nama dagang, formuulasi    : Aliette 100CA
Bahan aktif                            : Aluminium fosetil 100 gr/L
Bobot kemasan                      : 1L
Jenis fungisida                       : Sistemik
Nomor izindan alamat          : R.I. 880/7-89/1
PT.Agrocarh Indonesia, Gedung Tirsa lantai 3 JL.H.R.  Rasuna Said PO.BOX-35 Jakarta 12910
Gambar dan tanda bahaya  : Bahan × iritasi
Peringatan bahaya                :  Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan pernapasan serta pada mata.
Dosis                                       : 40-80mL/ pohon dengan infuse akar
Jenis komoditi                        : Kelapa
Waktu aolikasi                       : 6 bulan sekali
Cara aplikasi bagi operator : infus melalui akar diberikan pada permulaan musim hujan
Cara penyimpanan               : Simpanlah fungisida ini ditutup tempat sejuk terlindung dan terkunci
Petunjuk darurat                  : Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida. Cucilah bagian badan dengan memakai air.
6)
Nama dagang, formulasi      : Orthocide 50 WP
Bahan aktif, kadar                : Kaptan 50%
Bobot atau volume                : 200 gr
Jenis fungisida                       : Kontak
Nomor Izin/ pendaftaran     : Komisi Pestisida Deptan RI
Gambar dan tanda bahaya  : Bahan × iritasi
Dosis                                       : teh, tembakau 25-30 gr/10L air
                                                   Bawang merah, kedelai, cabe merah 10-20gr/L
Jenis komoditi dan OPT       : teh, tembakau (pesemaian) : Exobasidium vexanas
                                                   Kedelai : Phakopsora spp
                                                   Bawang Merah : Alternaria spp
                                                   Cabe merah : Colletotrichium spp
Waktu aplikasi                      :  7-10 hari
Cara penyimpanan               : Hindarkan mengisap kabut semprotan
Petunjuk pertolongan           : Apabila terkena mata dan kulit, cucilah dengan air bersih. Bila tertelan minum 1 gelas air hangat dan 1 sendok garam dapur
7)
Nama dagang, formulasi      : Cupravit OB21
Bahan aktif                            : Tembaga Oksiklorida
Kadar                                     : 50 %
Bobot                                      : 1kg
Jenis fungisida                       : Serbuk
Nomor Izin                             : R.I.. 87/01-90/1
Alamat                                    : PT. Bayer Indonesia PO.BOX 2507, Jakarta
Gambar dan tanda bahaya  : × berbahaya (bacalah petunjuk penggunaan)
Jenis komooditi dan OPT     : Embun bulu pada anggur :  Plaswara hitccola
Dosis                                       : 1,5-3,0 gr/L
Waktu aplikasi                      : Interval 1 minggu
8)
Nama Dagang, formulasi     : Furadan 3GR
Bahan Aktif                           : Karbonfuran 3 %
Cara kerja operator              : Ditabur pada lubang semai dan tanaman
Dosis                                       : 5-10 gr/m ; Ganjur 17 kg/ha
 Nematoda bintil akar 60 – 100 kg/ha
                                                 Wereng hijau 17 kg/ha
                                                 Tenggerek batang 100 gr/tanaman
                                                 Nematoda 34kg/ha
Sasaran                                  : Padi sawah, padi gogo dan lada
Desripsi                                  : Berbentuk butiran berwarna merah muda.
  Disuspensikan dengan air dan pewarna putih
9)
Nama dagang, formulasi      : Antrocol 70 WP
Bahan aktif dann kadar       : Propinab 70%
Bobot                                      : 250 gr
Jenis fungisida                       : Kontak, berbentuk tepung berwarna krem
Nomor pendaftaran              :  3040530 PT.Bayer Indonesia B.6 Crop Protection
   PO.BOX 250Y JKT 10001
Peringatan Bahaya               : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit dan pernapasan.
Jenis Komoditi/OPT             : Embun tepung pada anggur
Dosis                                       : 1,5-3,0 gr/L ; 500-800 L/ha
Waktu aplikasi                      : 1-2 minggu setelah pemangkasan daun
10)
Nama Dagang, formulasi     : Rovral 50WP
Bahan Aktif                           : Iprodion 50%
Bobot                                      : 100 gr
Jenis fungisida                       : Kontak berbentuk tepung
Nomor pendaftaran              : R.I. 614/2-2000/T
Jenis komoditi                        : Bawang, Kentang, Tomat
Cara Kerja                            : Pengaplikasian dengan cara penyemprotan
Dosis                                       : penyakit daun ( trotol ) Alternaria solani 1-2 kg/ha
Busuk daun Phytoptora infestans 1 gr/L volume semprot
Sasaran                                  : penyakit daun ( trotol ) Alternaria solani
Busuk daun Phytoptora infestan
Waktu aplikasi                      : Pada 2 minggu setelah tanam diulang dengan selang waktu 7 hari.
Petunjuk pertolongan           : Tanggalkan pakaian yang terkena dicuci dengan sabun dan air bersih.
11)
Nama Dagang                        : Ridomil
Bahan Aktif                           : Metalaksil 35%
Kode Formulasi                     : 35 SD
Bobot kemasan                      : 20x 5 gr
Jenis fungisida                       : Sistemik
Nomor izin dan alamat         : 960003-6920, PT. Citraguna Saranatama
                                                  JL. Mampang prapatan raya No. 100  Jakarta 12760
Gambar dan tanda bahaya  : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut, kulit,
  dan pernapasan
Cara Kerja                            : 5 gr di larutkan dengan 7,5 ml air/kg benih jagung, lalu di campur merata sampai menutupi seluruh permukaan benih, kemudian benih di keringkan, setelah kering siap di tanam
Dosis                                       : 5 gr / 7,5 ml air
Jenis komoditi/OPT              : Padi, Jagung, Penyakit bulai ( Solerospora maydis )
Cara penyimpanan               : Simpan fungisida ini dalam wadah aslinya, tertutup. Dapat disimpan ditempat yang kering sejuk dan aman.
Cara pertolongan darurat    : Apabila fungisida tertelan dan penderita sadar segera muntahkan.



B.     Pembahasan


Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.
Dalam pengendalian cendawan patogen di gunakan senyawa kimia fungisida. Berdasarkan cara kerjanya, fungisida di bagi menjadi du jenis, yaitu :
1)      Fungisida Sistemik
Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar

2)      Fungisida Non Sistemik
Fungisida non sistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan di dalam jaringan Tanaman. Fungisida non sistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.

Fungisida sistemik dapat di aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di translokasikan ke bagian – bagian tanaman yang lain. Pada umumnya fungisida yang ada di pasaran baik fungisida sistemik maupun fungisida non sistemik, banyak yang dalam bentuk Wettable Powder ( WP ) yaitu tepung yang dapat terbasahkan, sehingga pengaplikasiannya dapat di lakukan dengan penyemprotan.
Untuk keperluan aplikasi di lapang, perlu di perhatikan dosis dan konsentrasi yang di perlukan. Dosis adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan per satu satuan luas lahan. Konsentrasi adalah banyaknya fungisida atau bahan aktif yang di gunakan pada satuan volume tertentu.
Di lihat dari fungsi kerjanya, fungisida di bedakan atas :
ü  Fungisidal, yaitu membunuh jamur
ü  Fungistatik, yaitu berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur
ü  Genestatik, yaitu berarti mencegah terjadinya sporulasi
Berdasarkan kegunaan umum, fungisida dibedakan menjadi :
a.       Fungisida Protektan
b.      Fungisida penutup luka
c.       Fungisida eradikan
d.      Perlakuan tanah (fumigan)
e.       Perlakuan gudang penyimpanan

Berdasarkan cara aplikasinya fungisida dikelompokkan menjadi :
-          Penyemprotan/penghembusan pada bagian-bagian tanaman di atas permukaan tanah
-          Perlakuan benih/bahan perbanyakan tanaman
-          Perlakuan pada tanah (fumigasi)
-          Perlakuan terhadap luka
-          Perawatan pasca panen
-          Desinfektan untuk gudang penyimpanan.

Pengelompokan ditujukan untuk mempermudah pemahaman terhadap beberapa perbedaan antara kelompok fungisida yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian,  pengelompokan fungisida akan berubah dan berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan manusianya. 
Didalam satu oaket fungisida terdapat label yang diartikan sebagai keterangan dan informasi penting yang ditempelkan secara kuat pada wadah fungisida sehingga tidak mudah lepas.

Formulasi adalah jumlah bahan aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu yang terkandung dalam fungisida. Beberapa bentuk formulasi yang beredar di pasaran antara lain :
1.      Tepung hembus, debu ( dust = D )
Berbentuk tepung kering yang hanya terdiri dari bahan aktif, misalnya belerang, atau di campur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai karier, atau di campur bahan – bahan organik. Kandungan bahan aktif rendah sekitar 2 – 10%
2.      Butiran ( Granula = G )
Berbentuk butiran padat yang merupakan campuranbahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif.
3.      Tepung yang dapat di suspensikan dalam air ( wettale powder = WP )
Berbentuk tepung kering yang dapat terbasahkan, dan di aplikasikan dengan cara penyemprotan.
4.      Tepung yang larut dalam air ( water-soluble powder = SP )
Hampir mirip dengan WP, hanya saja bila WP tidak larut dalam air, SP bisa larut dalam air.
5.      Suspensi ( Flowable concentrate = F )
Merupakan campuran bahan aktif yang di tambah pelarut serbuk yang di campur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang di sebut campuran basah.
6.      Cairan ( emulsifiable concentrate = EC )
Berbentuk cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi.
7.      Ultra low volume ( ULV )
Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam solvent minimum.
8.      Solution ( S )
Formulasi yang di buat dengah melarutkan fungisida ke dalam pelarut organik.
9.      Aerosol ( A )
Terdiri dari campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap.
10.  Umpan beracun ( poisonous bait = B )
Terdiri dari bahan aktif fungisida di gabungkan dengan bahan aktif lainnya yang di sukai jasad pengganggu.
11.  powder concentrate ( PC )
Berbentuk tepung, tergolong Rodentisida untuk memnerantas tikus.
12.  Ready Mix Bait ( RMB )
Berbentuk balok besar dengan bobot 300 gr dan balok kecil bobot 10 – 20 gr.

IV.           KESIMPULAN



Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan, dapat di ambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1.      Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
2.      Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal.
3.      Didalam satu oaket fungisida terdapat label yang diartikan sebagai keterangan dan informasi penting yang ditempelkan secara kuat pada wadah fungisida sehingga tidak mudah lepas.
4.      Fungisida sistemik dapat di aplikasikan ke satu bagian tanaman, dan dapat di translokasikan ke bagian – bagian tanaman yang lain.
5.      Formulasi adalah jumlah bahan aktif yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu yang terkandung dalam fungisida.